TINGKAT
KETERSERAPAN LULUSAN SMK di BIDANG INDUSTRI
I. Pengertian SMK
Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal setingkat SMA. SMK ini
menyelengarakan pendidikan kejuruan pada jenjang menengah sebagai lanjutan dari
sekolah menengah pertama atau sederajat. SMK merupakan jenis pendidikan
menengah yang secara khusus mempersiapkan tamatannya untuk menjadi tenaga
terampil dan siap terjun ke dalam masyarakat luas.
Ø Pendidikan
kejuruan adalah
pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja pada bidang pekerjaan tertentu,
seperti bidang teknik, Akuntansi
Keuangan , Komputer, administrasi perkantoran, dan lain-lain.
Ø pendidikan
kejuruan bertujuan untuk:
a. Memenuhi kebutuhan
masyarakat akan tenaga kerja;
b. Meningkatkan pilihan
pendidikan bagi setiap individu;
c.
Mendorong motivasi untuk belajar terus.
Undang Undang No. 2
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), Pendidikan
Menengah Kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk
dapat bekerja dalam bidang tertentu.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan,
Pendidikan Menengah
Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah
yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk jenis pekerjaan
tertentu.
Diharapkan dari lulusan
SMK dapat sesuai dengan sasaran pola
penyelenggaran kecakapan hidup ditinjau dari keberhasilan lulusan yaitu:
1) Lulusan bekerja sesuai dengan
bidang keahlinya.
2) Tenggang waktu lulusan mendapatkan
kerja setelah lulus maksimal satu tahun.
3) Keterserapan lulusan dalam
periode dua tahun setelah lulus minimal 75%.
4)
Jumlah lulusan yang mampu menciptakan lapangan kerja 5%.
II. Jurusan-jurusan SMK
Perintis
SMK atau Sekolah
Menengah Kejuruan Perintis memiliki tiga (3) jurusan kompetensi, diantaranya
1) Akuntansi
2) Teknik Kendaraan
Ringan
3) Teknik Komputer dan Jaringan
Berbeda dengan sekolah
lain yang biasanya membutuhkan waktu 3 tahun untuk lulus, pendidikan SMAK
membutuhkan waktu 4 tahun.
III. Dampak Lulusan SMK
di Masyarakat
Sinergi antara dunia
pendidikan dengan dunia industri serta stakeholders di masyarakat sangat
dibutuhkan. Pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan di sekolah perlu
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Dengan harapan pendidikan dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik dari sisi pengetahuan maupun
penyelesaian masalah kontektual yang dihadapi sehari-hari.
Fenomena yang terjadi,Kebutuhan
masyarakat belum bisa diwujudkan sepenuhnya oleh lembaga pendidikan. Di antara
indikator masalah ini adalah, lulusan lembaga pendidikan belum siap pakai
karena hanya menguasai teori, miskin keterampilan. Dunia industri pun akhirnya
meninggalkan sekolah karena tidak ada linkage.
Selain itu juga
disebabkan materi pembelajaran tidak sesuai potensi daerah dimana siswa
bertempat tinggal. Materi pelajaran dan konteks kehidupan siswa tidak padu.
Sehingga tidak terjadi transfer belajar dalam kehidupan siswa tidak terjadi.
Mengacu pada indikasi tersebut, maka peluang kerja bagi lulusan SMK pada
dasarnya belum begitu menggembirakan.
IV. Upaya peningkatan
lulusan SMK di bidang industry
Pendidikan SMA yang
selama ini mendapat prioritas perhatian, tidak menerapkan kurikulum yang
mengarahkan lulusannya untuk bekerja, tetapi untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Padahal kenyataannya sebagian besar lulusan SMA
tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, justru mencari
pekerjaan. Akibatnya terjadi pertambahan angka pengangguran terdidik, karena
lulusan SMA yang mencari pekerjaan tidak dibekali oleh keterampilan khusus yang
diperlukan dunia kerja. Lulusan pendidikan yang seharusnya menjadi modal dan
motor penggerak pembangunan, ternyata sebaliknya menjadi beban pembangunan.
Salah satu cara yang
sering digunakan melihat potensi wilayah adalah melalui struktur PDRB dan
lapangan kerja. Struktur PDRB menggambarkan kontribusi setiap sektor/lapangan
usaha terhadap pembentukan PDRB keseluruhan. Perubahan struktur ekonomi mengakibatkan
terjadinya perubahan struktur penyerapan tenaga kerja (elastisitas penyerapan tenaga
kerja) Hal ini seharusnya menjadi dasar acuan pengembangan program keahlian di
SMK. Sesuai dengan tujuan pendidikan SMK, yaitu membekali peserta didik dengan
keterampilan tertentu untuk memasuki dunia kerja/dunia usaha, maka pengembangan
SMK harus selalu mengacu pada kebutuhan pasar kerja. Namun pengembangan SMK
bukan sekedar pada memperbesar jumlah unit SMK dan jumlah siswa, tetapi
bagaimana keberadaan SMK jika dikaitkan dengan potensi wilayah daerah. Sudah
menjadi masalah klasik bagi dunia pendidikan SMK di Indonesia pada umumnya,
bahwa link and match antara output pendidikan SMK dengan dunia
usaha/dunia industri (DU/DI) sebagai pengguna output pendidikan SMK belum
tercapai. Diantara kebutuhan tersebut, kebutuhan atau tuntutan dunia
kerja/usaha/industri, dirasakan amat mendesak, maka prioritas “link and match”
diberikan pada pemenuhan kebutuhan dunia kerja
Penerapan PSG
(Pendidikan Sistem Ganda) di SMK sejak tahun ajaran 1993/1994 merupakan bagian
dan implementasi konsep link and match. Dengan PSG yang perancangan kurikulum,
proses pembelajaran, dan penyelenggaraan evaluasinya didesain dan dilaksanakan
bersama-sama antara pihak sekolah dan industry, diharapkan dapat dihasilkan
lulusan SMK yang mumpuni. Siswa-siswa tidak hanya dibekali
pengetahuan-pengetahuan dasar tentang dunia industry, tetapi langsung
bersentuhan dengan pengalaman kemampuan praktik di dunia kerja nyata.
PSG ini diilhami model 2
sistem yang diberlakukan di Jerman, yang merupakan bench dan mark bagi Negara
yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan. System ini merupakan bentuk
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang menetukan
secara sistematik dan sinkron antiprogram pendidikan di sekolah dan program
penguasaan keahliaan yang diperoleh melalui praktek langsung dan dunia kerja.
Melalui PSG, siswa
belajar di 2 tempat, sekolah dan industry. Jadi, pemberlakuan PSG menuntut
tanggung jawab bersama antara pihak sekolah dan industrinya.
Empat tujuan PSG, ialah
:
1) Mampu menghasilkan tenaga kerja
yang memiliki keahlian professional
2) Meningkatkan dan memperkukuh
keterkaitan dan kesepadanan lembaga pendidikan dan
pelatihan kejuruan dengan dunia kerja
3) Meningkatkan efisiensi proses
pendidikan dan pelatihan tenaga kerja berkualitas
professional
4) Memberi pengakuan dan
penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari
proses pendidikan
Beberapa butir pikiran
Ketrampilan Menjelang 2020, antara lain:
1.)
Industry akan berperan aktif dalam pengembangan standar keahlian
sebagai dasar bahan belajar mengajar, pengujian, dan sertifikasi ketrampilan
2.)
Pendekatan baru tersebut, selain dilaksanakan di SMK, dapat juga
digunakan oleh pusat-pusat pelatihan industry atu lrmbaga pendidikan dan
pelatihan kejuruan yang berada di bawah departemen lain
3.)
Industry akan selalu dilibatkan dalam semua tingkatan dalam
pengelolaan system baru pengembangan pendidikan dan pelatihan kejuruan
4.)
Penyelenggaran pendidikan system ganda
5.)
Dikembangkannya pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi
Namun, ada masalah lain
yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan SMK agar lulusannya terserap
lapangan usaha dan lapangan kerja, yaitu masalah kesesuaian jumlah (proporsi)
lulusan setiap program keahlian dengan kebutuhan dunia kerja. Keberadaan SMK
seharusnya didasarkan pada analisis kebutuhan tenaga kerja (demand and
supply analisys). Fakta di lapangan, paling tidak pada masa sebelum
tahun 2004 yang terjadi adalah supply driven. Hal paling
nyata terlihat pada SMK Swasta, di mana proporsi peserta didik perprogram
keahlian sangat timpang. Kalau di SMK Negeri keadaannya tidak demikian, karena
ada ketentuan alokasi peserta didik setiap program keahlian.
Upaya peningkatan yang seharusnya dilakukan agar lulusan SMK
terserap di bidang industry ialah :
1.) Perluasan
akses SMK
Pembangunan Sekolah baru
dengan jurusan yang baru atau menyesuaikan dengan kondisi masyarakat.
Pembangunan unit gedung yang baru pula. Sehingga SMK menjadi besar dan
berkembang
2.) Pemerataan
akses SMK
Pembangunan
SMK di daerah tertinggal dan terpencil serta adanya asrama di SMK tersebut.
Sehingga anak-anak di daerah terpencil bisa merasakan sekolah. Adanya asrama
diperuntukkan bagi siswa yang rumahnya jauh.
3.) Peningkatan
mutu SMK
Pengadaan sarana dan
prasana,serta buku pelajaran, rehabilitasi gedung SMK. Agar siswa bisa lebih
nyaman dalam belajar. Adanya kompetisi-kompetisi yang bisa membuat siswa lebih
menonjol dalam kemampuannya. Sertifikasi bahasa Inggris TOEFL dan TOEIC, agar
siswa lebih bisa dalam menguasai bahasa Inggris. Pengembangan SMK bertaraf
internasional sehingga mutu nya bisa lebih meningkat. Adanya besiswa prestasi
bagi siswa siswa berprestasi yang kurang mampu.
4.) Peningkatan
Relevansi SMK
Pengembangan unit usaha
yang ada di SMK tersebut, bakat dan minat siswa berkembang. Bantuan modal kerja
terhadap SMK, serta perlunya kerjasama dengan industry agar lulusan SMK tersebut
tidak kesulitan dalam mencari pekerjaan.
5.) Pencitraan
SMK
Pencitraan SMK bisa
melalui media-media yang elektronik maupun cetak. SMK mempunyai website berisi
informasi tentang SMK tersebut, dan iformasi yang bermanfaat bagi masyarakat.
Adanya pencitraan di media masa, suatu SMK bisa dikenal di masyarakat.
6.) Pengembangan
kualitas layanan SMK
7.) Inovasi pendidikan
8.) Pengembangan kurikulum
Penyiapan
bahan kurikulum program keahlian baru serta pemenuhan modul agar saat
KBM materi
yang disampaikan bisa dipahami oleh murid. Dan agar murid dituntut aktif
dalam pembelajaran, dalam prakteknya bisa
lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar